“Man Yazro’ Yahsud” artinya “Barang siapa menanam dia akan memanen”
Begitulah menurut sebuah kata bijak. Kalau secara bahasa, kurang lebih maknanya seperti
ini, “Barang siapa menanam sebuah pohon, maka kelak ia akan memanen hasilnya.” Pohon
memiliki sejuta manfaat, tidak saja buahnya tapi keseluruhan pohon itu sendiri
memiliki banyak sekali manfaat yang tak dapat semuanya kita sebutkan satu per satu.
Satu hal yang pasti adalah pohon menjadi paru-paru dunia. Bagaimana hal itu bisa
terjadi? Pohon dalam hal ini hutan merupakan salah satu penyumbang oksigen
terbesar di bumi. Di mana banyak makhluk hidup sangat bergantung berkat
keberadaan hutan dan pohon yang tumbuh di muka bumi ini. Namun, seiring dengan kemajuan
teknologi laju polusi dan ketercemaran udara sangat tidak sebanding dengan pertumbuhan
pohon yang jelas-jelas menjadi tumpuan makhluk hidup di muka bumi. Hutan makin
menipis, pohon-pohon makin jarang, polusi dan pencemaran udara tak terbendung.
Tahukah Anda, bahwa yang sangat tragis saat ini adalah minimnya kesadaran manusia
akan kelestarian alam. Anak-anak muda malas menanam pohon. Hanya beberapa
gelintir orang saja yang peduli menyuarakan gerakan penghijauan. Hanya sedikit
saja masyarakat yang mengerti bahwa setiap pohon yang tumbuh akan sangat
berarti bagi masa depan kehidupan anak cucu kita. Hanya sedikit anak-anak muda
yang mau meluangkan waktunya menanam pohon di sekitar rumahnya.
Ya, Bumi yang kita singgahi untuk sementara ini bukanlah
sesuatu yang tiba-tiba saja ada secara kebetulan. Allah menciptakan bumi ini
dalam tahapan dan proses yang dapat kita amati lewat pengamatan ilmiah yang
nyata dan dapat dipelajari. Ada proses dan waktu yang sangat panjang hingga
hutan di bumi ini bisa terbentuk secara indah dan menakjubkan.
Kampanye menanam pohon tak bisa berjalan tanpa adanya
gerakan positif untuk mencintai pohon. Tentu seseorang tak bisa memaksa si A untuk
menanam pohon, tapi datangkanlah seorang pedagang buah yang sangat manis dan
lezat, terus suruh si A mencium aromanya tanpa memakannya. Mungkinkah? Atau
bawalah seseorang pada kondisi darurat buah atau darurat makanan. Di mana-mana
buah dan makanan sulit didapat. Apakah ia akan berpikir bahwa buah dan makanan
itu asalnya dari pohon atau tanaman yang ditanam? Ya, tentu tidak harus
demikian.
Mencintai sesuatu memerlukan motivasi yang jelas. Sebagai
contoh, seorang pengagum jeruk pasti akan menghargai setiap pohon jeruk. Jeruk
dari berbagai jenis mungkin akan dia koleksi di kebunnya. Atau seorang
pemerhati tanaman tertentu pasti akan mati-matian untuk mendapatkannya. Baik dengan
melakukan jual-beli , barter atau apapun dilakukan asal ia mendapatkan barang yang
ia inginkan.
Nah, sekarang
inilah saatnya menularkan kebiasaan positif untuk mencintai pohon. Bagaimana
caranya? Tak perlu susah-susah. Sekarang ada teknologi internet dan beragam
media sosial yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarkan virus
kebaikan. Caranya mudah, sebarkan saja kecintaan pada pohon lewat pohon itu
sendiri. Menyebarkan cinta buah dengan buah itu sendiri. Menyebarkan cinta
hutan dengan hutan itu sendiri. Biarkanlah alam yang menjelaskan keindahannya
dan semoga hati manusia dapat tergugah untuk tidak sekali-kali untuk
memperlakukan alam secara biadab, kecuali jika ia tak lagi memiliki masa depan. Mari menanam pohon, semoga Anda sehat dan panjang Umur.
Wallahu
a’lam bishawab
Oleh: Nanang Hanif, untuk Bogor Fig Garden.
(Penulis dan blogger sejak 2006, pencinta tanaman tabulambot. Penangkar bibit pohon tin dan zaitun, tinggal di Bogor, Jawa Barat.)
No comments:
Post a Comment