Showing posts with label organik. Show all posts
Showing posts with label organik. Show all posts

Monday, June 12, 2023

CARA MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR (POC) DARI KOTORAN KELINCI

 

Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat pupuk cair organik dari kotoran kelinci:

 Bahan yang dibutuhkan:

1.                Kotoran kelinci segar

2.                Air

3.                Ember atau wadah berkapasitas besar

4.                Jaring atau kain kasa

5.                Ember atau wadah kedua (untuk menyimpan pupuk cair)

Langkah-langkah:

1.      Persiapkan ember atau wadah berkapasitas besar yang dapat menampung jumlah kotoran kelinci yang Anda miliki. Pastikan wadah tersebut bersih sebelum digunakan.

2.      Kumpulkan kotoran kelinci segar. Jika Anda belum memiliki kotoran kelinci, Anda dapat mencarinya di peternakan lokal atau peternakan kelinci terdekat.

3.      Campurkan kotoran kelinci dengan air di dalam ember atau wadah yang telah Anda persiapkan. Perbandingan yang baik adalah 1 bagian kotoran kelinci dengan 4-5 bagian air. Campurkan dengan baik sehingga kotoran terendam sepenuhnya dalam air.

4.      Tutup ember atau wadah dan biarkan campuran tersebut difermentasi selama 3-4 minggu. Letakkan wadah di tempat yang teduh dan jauh dari sinar matahari langsung. Penting untuk sesekali mengaduk campuran tersebut agar oksigen dapat masuk dan proses fermentasi dapat berjalan dengan baik.

5.      Setelah 3-4 minggu, Anda akan melihat campuran tersebut berubah menjadi warna coklat gelap, memiliki aroma yang tidak sedap, dan terdapat lapisan cairan di bagian atas. Itu adalah pupuk cair organik yang telah terfermentasi.

6.      Saring campuran tersebut menggunakan jaring atau kain kasa untuk memisahkan kotoran dan partikel yang tidak diinginkan. Diamkan cairan yang disaring selama beberapa saat sehingga partikel yang lebih berat mengendap di bagian bawah.

7.      Pindahkan pupuk cair yang telah disaring ke ember atau wadah kedua yang bersih. Jika diperlukan, encerkan pupuk cair dengan air dalam perbandingan tertentu (misalnya 1 bagian pupuk cair dengan 2 bagian air) sebelum digunakan.

8.      Pupuk cair organik dari kotoran kelinci Anda siap digunakan. Anda dapat menuangkan pupuk cair ini ke tanaman secara langsung atau mencampurkannya dengan air dalam sprayer dan menyemprotkan ke tanaman sebagai pupuk daun.

Penting untuk dicatat bahwa pupuk cair organik ini dapat memiliki aroma yang tidak sedap. Pastikan untuk menggunakannya di luar atau di area yang cukup ventilasi. Selain itu, selalu perhatikan dosis penggunaan pupuk agar tidak memberikan efek negatif pada tanaman.



Monday, November 8, 2021

9 JENIS TANAH PERTANIAN YANG WAJIB KALIAN TAHU

Tanah adalah media yang sangat penting dalam kegiatan bertani dan berkebun. Di Indonesia ada banyak jenis tanah yang cocok digunakan untuk berkebun berikut ciri-ciri dan kegunaannya dalam berkebun. Yuk, kita berkenalan dengan 9 jenis tanah yang ada di Indonesia.

1.      Tanah Endapan Lumpur (Jenis Aluvial)

Tanah jenis ini merupakan tanah endapan lumpur yang bisanya terbawa arus sungai atau parit. Umumnya tanah ini berwarna  abu-abu hingga kecokelatan. Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah hilir biasanya seringkali memanfaatkan tanah jenis ini untuk menanam berbagai tanaman pertanian seperti palawija hingga tanaman padi. Tanah ini memiliki tekstur yang  mudah pecah tidak liat.

2.      Tanah Andosol

Bagi masyarakat sekitar gunung berapi biasanya memanfaatkan tanah jenis ini sebagai media tanam berkualitas. bagi para petani di wilayah pegunungan tanah ini sangat diandalkan karena kandungan mineral dan unsur hara di dalamnya.

3.      Tanah Entisol

Tanah ini merupakan turunan dari tanah andosol yang sudah mengalami pelapukan bertahun-tahun. Bentuknya berupa pasir dan debu dan lahar yang sudah dingin dan berubah karena dimakan usia.

4.      Tanah Grumosol

Berbeda dari sebelumnya, tanah ini merupakan pelapukan dari bebatuan kapur yang menjelma menjadi tanah lapuk yang memiliki kandungan organik yang rendah. Tanah jenis ini tidak cocok digunakan sebagai tanah pertaniah. Umumnya berada di ketinggian 300 mdpl. Ciri-ciri tanah ini adalah teksurnya yang kering dan mudah pecah dan berwarna hitam.

5.      Tanah Humus

Tanah jenis ini merupakan tanah jenis terbaik yang merupakan hasil dari pelapukan tumbuhan hutan atau perkebunan. Tanah humus sangat cocok digunakan sebagai media tanam karena memiliki unsur hara yang tinggi dan memiliki tingkat fertilitas yang sangat baik.

 

6.      Tanah Merah (Latosol)

Tanah ini biasanya terdapat di ketinggian 300 hingga 1.000 mdpl. Dari penampilannya tanah ini memiliki warna merah dna tekstur yang kasar. Di dalam tanah ini mengandung berbagai zat alumunium dan zat besi yang sangat tinggi, karenanya tanah jenis ini dianggap tidak terlalu subur untuk pertanian.

 

7.      Tanah Organosol

Tanah jenis ini berada pada wilayah yang memiliki tingkat instensitas hujan tinggi dan basah. Di dalamnya ada sekitar 30 persen organik dan 20 persen pasir. Sehingga, kurang cocok digunakan sebagai tanah pertanian atau pun perkebunan.

8.      Tanah Inceptisol

Tanah ini merupakan pelapukan dari bebatuan sedimen atau metamorf yang memiliki warna kecokelatan, keabu-abuan, hingga campuran  kehitam-hitaman. Tanah ini lebih cocok ditanami kelapa sawit dan karet.

9.      Tanah Regosol

Tanah ini merupakan residu dari proses vulkanik gunung berapi. Tanah ini umumnya memiliki ciri sangat gembur dan kandungan hara yang sangat tinggi serta tekstur yang porous. Pengaplikasian tanah ini sangat cocok untuk tanaman padi, kelapa, tebu, dan berbagai jenis sayur-mayur. (Syerif Nurhakim)

Wednesday, January 30, 2019

Cara Membuat Pupuk Cair Organik


Berikut langkah-langkahnya
  • Siapkan bahan-bahan berikut: 1 karung kotoran ayam, setengah karung dedak, 30 kg hijauan (jerami, gedebong pisang, daun leguminosa), 100 gram gula merah, 50 ml bioaktivator (EM4), air bersih secukupnya.
  • Siapkan tong plastik kedap udara ukuran 100 liter sebagai media pembuatan pupuk, satu meter selang aerotor transparan (diameter kira-kira 0,5 cm), botol plastik bekas akua ukuran 1 liter. Lubangi tutup tong seukuran selang aerotor.
  • Potong atau rajang bahan-bahan organik yang akan dijadikan bahan baku. Masukkan kedalam tong dan tambahkan air, komposisinya: 2 bagian bahan organik, 1 bagian air. Kemudian aduk-aduk hingga merata.
  • Larutkan bioaktivator seperti EM4 dan gula merah 5 liter air aduk hingga merata. Kemudian tambahkan larutan tersebut ke dalam tong yang berisi bahan baku pupuk.
  • Tutup tong dengan rapat, lalu masukan selang lewat tutup tong yang telah diberi lubang. Rekatkan tempat selang masuk sehingga tidak ada celah udara. Biarkan ujung selang yang lain masuk ke dalam botol yang telah diberi air.
  • Pastikan benar-benar rapat, karena reaksinya akan berlangsung secara anaerob. Fungsi selang adalah untuk menyetabilkan suhu adonan dengan membuang gas yang dihasilkan tanpa harus ada udara dari luar masuk ke dalam tong.
  • Tunggu hingga 7-10 hari. Untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan. Apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.
  • Pisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya. Gunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.
  • Masukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau kaca, tutup rapat. Pupuk organik cair telah jadi dan siap digunakan. Apabila dikemas baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan.

Penggunaan pupuk cair organik
Pupuk organik cair diaplikasikan pada daun, bunga atau batang. Caranya dengan mengencerkan pupuk dengan air bersih terlebih dahulu kemudian disemprotkan pada tanaman. Kepekatan pupuk organik cair yang akan disemprotkan tidak boleh lebih dari 2%. Pada kebanyakan produk, pengenceran dilakukan hingga seratus kalinya. Artinya, setiap 1 liter pupuk diencerkan dengan 100 liter air.
Untuk merangsang pertumbuhan daun, pupuk organik cair bisa disemprotkan pada tanaman yang baru bertunas. Sedangkan untuk menghasilkan buah, biji atau umbi, pupuk disemprotkan saat perubahan fase tanaman dari vegetatif ke generatif. Bisa disemprotkan langsung pada bunga ataupun pada batang dan daun. Setiap penyemprotan hendaknya dilakukan dengan interval waktu satu minggu jika musim kering atau 3 hari sekali pada musim hujan. Namun dosis ini harus disesuaikan lagi dengan jenis tanaman yang akan disemprot.
Pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan daun, gunakan pupuk organik cair yang banyak mengandung nitrogen. Caranya adalah dengan membuat pupuk dari bahan baku kaya nitrogen seperti kotoran ayam, hijauan dan jerami. Sedangkan pada kasus pemupukan untuk pertumbuhan buah, gunakan bahan baku pupuk yang kaya kalium dan fosfor, seperti kotoran kambing, kotoran sapi, sekam padi dan dedak. Kandungan setiap jenis material organik bisa dilihat di tabel berikut.
Secara sederhana bisa dikatakan, untuk membuat pupuk perangsang daun gunakan sumber bahan organik dari jenis daun-daunan. Sedangkan untuk membuat pupuk perangsang buah gunakan bahan organik dari sisa limbah buah seperti sekam padi atau kulit buah-buahan.

MENGENAL SIFAT DAN KARAKTERISTIK PUPUK CAIR ORGANIK


Bolehkah kita menggunakan pupuk cair organik sebagai pupuk utama? 

=> Pupuk cair organik tidak bisa dijadikan pupuk utama dalam bercocok tanam. Sebaiknya gunakan pupuk organik padat (pupuk kompos dari tanaman yang telah lapuk) sebagai pupuk utama/dasar. Pupuk kompos akan tersimpan lebih lama dalam media tanam dan bisa menyediakan hara untuk jangka yang panjang. Sedangkan, nutrisi yang ada pada pupuk cair lebih rentan terbawa erosi. Namun di sisi lain, lebih mudah dicerna oleh tanaman. Ini dapat dilakukan untuk memberikan kemanfaatan yang lebih lama dalam pertanian yang ramah lingkungan. 
Jenis pupuk cair lebih efektif dan efisien jika diaplikasikan pada daun, bunga dan batang dibanding pada media tanam (kecuali pada metode hidroponik). Pupuk organik cair bisa berfungsi sebagai perangsang tumbuh. Terutama saat tanaman mulai bertunas atau saat perubahan dari fase vegetatif ke generatif untuk merangsang pertumbuhan buah dan biji. Daun dan batang bisa menyerap secara langsung pupuk yang diberikan melalui stomata atau pori-pori yang ada pada permukaannya.
Pemberian pupuk organik cair lewat daun harus hati-hati. Jaga jangan sampai overdosis, karena bisa mematikan tanaman. Pemberian pupuk daun yang berlebih juga akan mengundang hama dan penyakit pada tanaman. Jadi, ketepatan takaran harus benar-benar diperhatikan untuk mendapatkan hasil maksimal.
Setiap tanaman mempunyai kapasitas dalam menyerap nutrisi sebagai makanannya. Secara teoritik, tanaman hanya sanggup menyerap unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak lebih dari 2% per hari. Pada daun, meskipun kami belum menemukan angka persisnya, bisa diperkirakan jumlahnya tidak lebih dari 2%. Oleh karena itu pemberian pupuk organik cair pada daun harus diencerkan terlebih dahulu.
Karena sifatnya sebagai pupuk tambahan, pupuk organik cair sebaiknya kaya akan unsur hara mikro. Sementara unsur hara makro dipenuhi oleh pupuk utama lewat tanah, pupuk organik cair harus memberikan unsur hara mikro yang lebih. Untuk mendapatkan kandungan hara mikro, bisa dipilah kembali dari bahan bak pembuatan pupuk.

Semoga Bermanfaat